edhy39setia

edhy39setia
"Dunia pasti berputar, maka dari itu lakukanlah hal positif agar duniamu berputar ke arah yang lebih baik"

web widgets

Friday, August 23, 2013

dikala semuanya masih tertutup rapat
tanda merpati tak mampu memiliki segenggam suci
hanya putih yang ia punya, hanya tulus yang ia rasa 
mencoba mendekap sunyi sekali lagiiii....
apa daya nurani tetap berkata.....
aku tau masa tak akan ikut berkutik dalam kenyataan ini
bahkan titik-titik pengharapan yang kucoba satukan tak jua menyapaku,
asa ku tak akan pernah hilang tuan, mimpiku tak akan pernah tumbang
bayanganmu selalu ada disetiap aku terjatuh, namamu menjadi alasan
mengapa aku harus bangun lagi.

yaa! akan ku terus pendam ini seberapa lamapun. hingga nurani berkata lagi
"dia memang pantas untuk aku tunggu"

Terluka dan Terlupa

Pernahkah kau merasa berada di tempat yang salah
Tempat di mana tidak seharusnya kau berada
Namun sesungguhnya di sanalah tempat kau terlahir
Dan juga tempat kau memulai semua mimpi

Entah mengapa seiring waktu yang terus berganti
Kau merasa menjadi terasing dalam duniamu sendiri
Ketika semua orang merasa berhak untuk menghakimi dirimu
Dengan kata-kata yang ingin selalu menjatuhkanmu

Dengan mudahnya mereka berkata tanpa rasa
Hingga akhirnya kau merasa terlupa dan terluka
Dalam hatimu mulai bertanya
Inikah mereka yang dulu kau kenal

Kau pun akan merasa bahwa kau tak diinginkan
Dan kau hanya akan menjadi dia yang terlupakan
Tak ada lagi keramahtamahan
Yang dulu sering mereka ucapkan

Rasa sesak perlahan menyusup ke dalam jiwamu
Dan berjuta tanya mulai berputar-putar di kepalamu
Benarkah ini tempat di mana seharusnya kau berada
Benarkah mereka orang-orang untuk berbagi canda tawa

Mengapa mereka menjauh ketika kau bukan siapa-siapa
Mengapa mereka tak bisa menerima dirimu apa adanya
Mereka memperlakukanmu bagai sesuatu yang tak berharga
Dan selalu membuatmu merasa terhina

Mungkin kau ingin mencari tempat lain yang berbeda
Tempat terbaik yang bisa menerima dirimu apa adanya
Yang tidak akan pernah membuatmu terlupa dan terluka
Dan akan selalu memberimu ruang untuk merasa bahagia

pemakaman masa lalu kita

Telah ku jatuhkan, tentang segala kesakitan bahkan luka-luka. Kemudian ku pesan sebuah karangan bunga, sebuah peti, juga nisan lengkap dengan tulisannya. Di tengah masa lalu, aku mengubur diriku hidup-hidup. Berbusana rapi dan mendekam dalam peti ialah kenangan. Nisan menancap tegap bertuliskan “Masa Lalu bin Tinggalkan, Lahir 6 Februari 2009, Wafat 11 Januari 2013”. Sebuah karangan bunga kertas, bekas puisi serta surat cinta semata kata “kita”. Melebur bersama hujan yang turun dari air mata kesia-siaan. Kita tak lagi ada sebagai mimpi-mimpi. Hanya jejak yang tak perlu diingat meski “kita” ialah sesaat. Dan berhembuslah ragu, menyeruak menusuk hidung hingga jantung (ku). Sesak. Ku raba dada kiriku. Sudah tak ada namamu.  Di hembusan terakhir, sebuah doa ku panjatkan “tenanglah masa lalu kita, agar tak menghantui jalan yang telah kita pilih”. Bayanganmu terpejam untuk selamanya di dasar tanah makam “Masa Lalu”.

Ingatan Masa lalu pergilah

Waktu terus saja berjalan dan sepertinya tak akan pernah terhenti untuk menungguku meski hanya sedetik saja. Tak peduli seberapa keras aku meminta, dia akan terus berlalu dan meninggalkan hari ini. Dan ketika esok tiba, hari ini pun hanya akan berakhir menjadi sebuah masa lalu.
Ketika masa depan tiba, apa yang seharusnya aku harapkan dari sebuah masa lalu? Sebuah kenangan? Pelajaran? Ataukah pengalaman?
Namun bagaimana jika yang aku miliki dalam benakku hanyalah sebuah kenangan yang kelam? Pelajaran yang menyakitkan? Atau pengalaman yang menyedihkan?
Aku tahu dalam hidup ini, aku harus berjalan ke depan. Aku harus meninggalkan segalanya yang telah terlewati. Karena yang aku hadapi adalah masa depan. Namun entah mengapa aku bagai tak mampu untuk melepaskan diri dari ingatan itu. Sepertinya aku terikat dengan begitu eratnya. Sehingga ketika aku berusaha melangkah, aku masih harus melemparkan pandanganku kebelakang.
Ketakutan dan kemarahan selalu saja memaksa untuk merasuki diriku. Membuatku sulit untuk mengurai sebuah maaf. Mungkinkah ini yang masih membuatku tertahan di sini? Aku sepertinya masih menyusuri jejak-jejak masa lalu.
Semua telah berlalu. Namun mengapa kenangan pahitnya tak juga ikut berlalu bersama dengan bergantinya hari? Mengapa harus ada yang tertinggal untuk dikenang?
Mungkin juga aku masih menunggu. Aku menunggu pengakuan atau mungkin penyesalan yang benar-benar tulus keluar dari hatinya. Hingga suatu hari nanti ikatan terhadap masa lalu itu dapat terlepas. Dan aku tak lagi menyimpan kemarahan, kepedihan, dan kekekecewaan ini dalam hatiku.