Kadang aku berharap semua yang terjadi dalam hidupku hanyalah sebuah
mimpi yang akan segera menghilang ketika aku terjaga dan membuka kedua
mataku. Namun ternyata mimpi ini tak juga pergi, dan kusadari bahwa itu
adalah sebuah kenyataan. Kenyataan yang terlukis jelas dalam hidupku.
Entah berapa banyak waktu yang kubuang hanya untuk menunggu. Aku terus
berharap keadaan akan segera berubah. Dan aku bisa keluar dari himpitan
dinding-dinding yang gelap ini. Namun perlahan kekuatanku melemah dan
aku tidak tahu apalagi yang harus kulakukan.
Kepedihan ini terlalu sulit untuk disembuhkan. Sepertinya luka ini akan
membekas untuk seumur hidupku. Meskipun aku mencoba untuk melupakannya,
namun luka ini telah tertanam begitu dalam di hatiku.
Wajahnya kini semakin merenta. Namun tak juga dia menyadari semua
dosanya. Mungkin bukan padaku dia harus meminta pengampunan. Karena aku
hanya bagian kecil dari semua yang telah disakitinya. Ada seseorang yang
lebih pantas untuk menerima kata "maaf" itu. Seseorang yang lebih
terluka dariku.
Aku tak pernah mengerti apa yang mereka sebut "cinta". Namun ku yakin
yang dia miliki bukanlah cinta. Karena yang kutahu cinta tak akan
menyakiti, tak akan berdosa, dan tak akan menyisakan kebencian.
Mungkin Tuhan memiliki jawaban atas segalanya. Mengapa kenyataan buruk
ini masih membayangi hidupku? Mengapa aku tak bisa menghapus kebencianku
padanya? Dan ketika Tuhan memberikan jawaban itu, aku berharap hatiku
telah siap untuk memaafkannya. Karena apabila nanti waktuku telah habis,
aku tak ingin pergi dengan penyesalan dan kebencian didalam diriku.
No comments:
Post a Comment